Mereka adalah para pemuda yang diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala serta Dia mengilhami mereka keimanan, sehingga mereka mengenal Allah dan mengingkari keyakinan kaum mereka yang menyembah berhala. Mereka mengadakan pertemuan untuk membicarakan masalah akidah mereka disertai dengan perasaan takut akan kekejaman dan kekerasan kaum mereka, seraya berkata, artinya,
“Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru Ilah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian” (Al-Kahfi: 14), yakni jika seruan kami ditujukan kepada selain-Nya, ،§maka sungguh kami telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran.” (Al-Kahfi: 14), yakni perkataan keji, dusta dan zhalim. Sedangkan “kaum kami ini telah menjadikan selain Dia sebagai ilah-ilah (untuk disembah). Mengapa mereka tidak mengemukakan alasan yang terang (tentang kepercayaan mereka). Siapakah yang lebih zhalim daripada orang-orang yang mengada-ada kebohongan terhadap Allah.” (Al-Kahfi: 15).
Setelah mereka sepakat mengenai keyakinan tersebut dan menyadari bahwa mereka tidak mungkin menjelaskannya kepada kaum mereka, maka mereka memohon kepada Allah Ta’ala supaya dimudahkan urusan mereka, artinya, “Wahai Rabb kami berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (Al-Kahfi: 10).
Kemudian mereka berlindung ke gua, lalu Allah Subhannahu wa Ta’ala memudahkan urusan mereka, melapangkan lubang gua serta menempatkan pintunya di sebelah utara, sehingga tidak terkena sinar matahari; baik ketika terbit maupun saat terbenam, dan mereka tertidur dalam gua di bawah penjagaan serta perlindungan Allah Subhannahu wa Ta’ala selama tiga ratus sembilan tahun. Allah Subhannahu wa Ta’ala telah melindungi mereka dari rasa takut, karena posisi mereka (gua) berdekatan dengan kota kaum mereka.
Allah Subhannahu wa Ta’ala senantiasa menjaga dan melindungi mereka dalam gua tersebut, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya,artinya, “Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka tidur; dan kami balik-balikkan mereka ke kanan dan ke kiri” (Al-Kahfi: 18), supaya bumi tidak membusukan tubuh mereka.
Kemudian Allah Subhannahu wa Ta’ala membangunkan mereka setelah tertidur dalam jangka waktu yang cukup lama “supaya mereka saling bertanya diantara mereka sendiri.” (Al-Kahfi: 19). Akhirnya mereka menemukan jawaban yang sesungguhnya, sebagaimana hal tersebut ditegaskan oleh Allah Ta’ala di dalam firman-Nya, artinya,
“Berkatalah salah seorang di antara mereka: “Sudah berapa lamakah kamu berada (di sini).” Mereka menjawab, “Kita berada (di sini) sehari atau setengah hari.” Berkata (yang lain lagi): “Rabb kamu lebih mengetahui berapa lama kamu berada (di sini). Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini.” (Al-Kahfi: 19). Allah Subhannahu wa Ta’ala menjelaskan kisah ini hingga akhir.
http://www.kisah.web.id/hikmah/kisah-ashabul-kahfi.html
حيا تنا للعبادة
A Medium of Communication among Moslem
!!!......أ هلا و سهلا بقد و مكم
السلام عليكم ورحمة الله وبر كا ته
Salam Ukhuwah . . . .
KATEGORI
Kamis, 03 Februari 2011
Jumat, 31 Desember 2010
Mahmud bin Sabaktekin, Pengibar Panji Tauhid di India
Ikhwati Fillah, tahukah Antum bahwa Afghanistan adalah bumi Islam yang kaya akan orang-orang besar? Tak hanya para ulama yang dilahirkan di sana, namun sejak dahulu hingga kini, Afghanistan merupakan sarang pejuang militan. Salah satu dari sekian pejuang tersebut adalah Sultan Mahmud bin Sabaktekin Al Ghaznawi yang lahir di Ghaznah, kota di sebelah selatan Kabul.
Beliau termasuk penakluk hebat yang pasukan berkudanya berhasil mencapai India, dan menegakkan panji-panji Islam di sana. Konon luas wilayah yang berhasil ditundukkannya setara dengan jumlah seluruh penaklukkan yang terjadi di masa Amirul Mukminin Umar bin Khatthab t.
Sederetan gelar disematkan kepadanya oleh Khalifah Abbasiyah kala itu: "Yaminud Daulah… Aminul Millah… Naashirul Haq… Nidhamuddien… dan Kahfud Daulah". Sungguh, belum pernah sepanjang sejarah ada panglima yang menyandang gelar kehormatan demikian banyak, akan tetapi itulah tokoh kita kali ini, Sultan Mahmud bin Sabaktekin Al Ghaznawy, yang kemudian mendapat tiga gelar tambahan setelahnya, "Muhatthimus Shanam al Akbar" (Penghancur berhala terbesar), "Qaahirul Hind" (Penakluk India) dan "As Sulthan Al Mujahid Al Adhiem" (Sultan Mujahid Agung). Semua itu adalah gelar yang dianugerahkan oleh Khalifah Al Qaadir billaah kepada beliau… lantas siapakah sesungguhnya beliau dan bagaimanakah sepak terjangnya? Marilah kita simak sekarang…
Ikhwati fillah, sebelum ini pernah kami singgung bahwa penaklukkan wilayah India diawali oleh sebuah ekspedisi yang dipimpin oleh Muhammad ibnul Qasim Ats Tsaqafi, yang terjadi di zaman Khalifah Al Walid bin Abdil Malik. Ekspedisi tersebut berhasil melaju hingga wilayah utara India dan menaklukkan kota Daibal, bahkan akhirnya mendirikan sebuah mesjid di sana. Ibnul Qasim menempatkan 4000 orang pasukan di sana untuk menjaga wilayah tersebut, dan semenjak itu, jadilah Daibal kota Arab pertama di India.
Setelah penaklukan pertama ini, penaklukan demi penaklukan pun terjadi silih berganti di India, akan tetapi kekuatannya belum sebanding dengan penaklukan yang pertama tadi. Akibatnya, eksistensi kaum muslimin di India melemah, dan selama Dinasti Abbasiyah, mereka hanya berhasil mempertahankan wilayah yang telah dikuasainya dengan sedikit tambahan dengan menggabungkan beberapa daerah sekitarnya. Demikian seterusnya, mereka hanya menguasai daerah antara Kabul, Kashmir dan Maltan, hingga Allah menurunkan pertolongan-Nya lewat tokoh kita kali ini, yang menjadi batu loncatan pertama bagi para penakluk setelahnya.
Ayah beliau adalah Nashiruddien Sabaktekin, pendiri Daulah Al Ghaznawiyah. Ia menjabat sebagai Penguasa Ghaznah –salah satu kota di Afghanistan sekarang- pada tahun 366H/976M. Ia memiliki tekad baja, kemampuan yang langka, dan cita-cita agung; karenanya ia berhasil memperluas kekuasaannya hingga negeri-negeri tetangga.
Beliau mulai melakukan penyerangan terhadap perbatasan India dan menguasai sejumlah benteng di sana, beliau berhasil mendirikan sebuah daulah besar di barat daya Asia. Beliau kemudian wafat pada tahun 387H/997M. Selama memerintah, beliau senantiasa berlaku adil, pemurah, menepati janji dan banyak berjihad.
Setelah mangkatnya sang ayah, baiat diberikan kepada putera sulungnya yang bernama Isma'il. Sayangnya Isma'il tidak bijak dalam mengatur pemerintahan dan bermaksud mencegah Mahmud dari mendapatkan warisan ayahnya. Ketika Ismail menjadi penguasa Ghaznah, ia dipecundangi oleh pasukannya dan mereka berhasil menekannya untuk memberikan sejumlah besar harta hingga habislah harta ayahnya. Maka bangkitlah Amir Mahmud untuk menggulingkan saudaranya, dan setelah berhasil merebut Ghaznah, ia mengangkat dirinya sebagai Sultan Daulah Ghaznawiyah.
Khalifah Abbasiyah menyetujui pengangkatan Mahmud sebagai Sultan di wilayah tersebut, yang mencakup Khurasan, Sindus, India dan Thabaristan. Semenjak Mahmud menjadi Sultan, beliau menonjolkan sunnah dan menumpas kaum Syi'ah Rafidhah dan Mu'tazilah, kemudian memerintah rakyatnya laksana Umar bin Khatthab t. Beliau konon sangat memuliakan para ulama dan menjadikan mereka orang-orang terdekatnya serta senantiasa meminta pendapat mereka.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: "Berhubung kerajaan Mahmud bin Sabaktekin termasuk kerajaan terbaik yang pernah muncul dari orang-orang sebelumnya, maka Islam dan Sunnah pun menjadi agung dalam kerajaannya. Ia memerangi orang-orang musyrik India dan menerapkan berbagai keadilan yang belum pernah dilakukan oleh penguasa sebelumnya. Akibatnya, Sunnah Rasulullah semakin nyata di masanya dan bid'ah-bid'ah pun sirna" (Majmu' fatawa Ibnu Taimiyyah 4/22).
Selama berkuasa, Sultan Mahmud memerintahkan untuk mendoakan Khalifah Al Qadir billah di Baghdad dalam setiap khutbah Jum'at, maka Khalifah mengirim jubah yang sangat mewah kepadanya, yang belum pernah dikirim oleh seorang khalifah pun kepada bawahannya. Kemudian menyematkan padanya sejumlah gelar: "Yamienud Daulah, Aminul Millah, Naashirul Haq, Nidhamuddien dan Kahfud Daulah".
Namun demikian, Sultan Mahmud tidak pernah diam, akan tetapi beliau segera menghancurkan Daulah Buwaihiyyah, yang merupakan daulah syi'ah yang jahat. Daulah Buwaihiyyah ini semakin berbahaya dengan berdirinya daulah lain di Mesir yang sefaham dengannya, yaitu Daulah 'Ubeidiyyah. Akibatnya, Daulah Abbasiyah berada dalam jepitan kakaktua dua musuhnya tersebut. Sultan Mahmud berhasil menghancurkan daulah jahat tadi, dan membersihkan wilayah tersebut dari kebusukan mereka, lalu memasukkan wilayah tersebut dalam kekuasaannya. Beliau juga berhasil menaklukkan Daulah Samaniyah yang telah demikian lemah.
Ibnu Katsir menceritakan: "Pada tahun 408H, Khalifah Al Qadir billah menyuruh para fuqaha' Mu'tazilah –salah satu firqah/golongan sesat kala itu- supaya bertaubat, maka mereka pun menyatakan ruju'/kembali pada kebenaran dan berlepas diri dari faham/aliran Mu'tazilah, Rafidhah dan faham-faham sesat lainnya. Khalifat mengambil janji dari mereka, bahwa kalau mereka sampai mengingkari janji tersebut, maka kepadanya dijatuhi hukuman berat yang supaya mereka jera. Maka Mahmud pun segera menerapkan perintah Khalifah dan mulai membersihkan seluruh wilayah kekuasaannya dari kaum Mu'tazilah, Syi'ah, Isma'iliyyah, Qaramithah (keduanya merupakan syi'ah pengikut kebatinan yang sangat berbahaya), demikian pula kaum Jahmiyyah (yang mengingkari asma'ul husna dan sifat-sifat Allah) dan firqah-firqah sesat lainnya.
Mahmud bahkan menyalib dedengkot-dedengkot mereka, memenjarakannya, mengusirnya dan memerintahkan agar mereka dilaknat di mimbar-mimbar. Ia berhasil menghalau seluruh kelompok ahli bid'ah dari daerah mereka, dan hal itu menjadi jasa besarnya yang dilestarikan oleh Islam".
Sultan Mahmud memecat khatib-khatib Syi'ah dan menggantinya dengan yang Sunni. Beliau adalah seorang yang berpendirian tegas dan disegani, hingga tak seorangpun berani menampakkan kemaksiatan seperti minum khamer dan main musik di negaranya. Demikian pula dengan pemikiran-pemikiran mu'tazilah dan syiah, tak pernah lagi muncul ke permukaan.
Beliau terkenal sebagai orang yang demikian mengagungkan para ulama dan memuliakan mereka, hingga para ulama berdatangan dari berbagai wilayah untuk menghadap beliau. Selain menjadi sultan yang adil dan penyantun, beliau juga seorang penakluk hebat yang sangat gemar berjihad. Berbagai ekspedisi militer yang dilakukannya demikian terkenal dalam sejarah, dan di samping itu semua, beliau sangat berjasa dalam perkembangan ilmu sastera dan kebudayaan Islam lainnya.
Perlu kita ketahui, bahwa Mahmud telah memimpin 16 operasi militer di utara India. Ia berhasil menumpas raja-raja mereka satu persatu. Di antaranya ialah operasi militernya melawan Raja India Jai Pal pada tahun 392H/1001M. Jai Pal saat itu merupakan Raja India terbesar secara mutlak, dan penghalang utama tersebarnya dakwah Islam. Kemudian pada tahun 398H/1007M, Mahmud memimpin perang melawan Raja Anand Pal, dan memerangi Raja Nakar Kut pada tahun 400H/1009M, dan memaksanya untuk membayar upeti (jizyah).
Pada tahun 410H/1019M, beliau berperang melawan Raja Rajananda, dan seiring dengan kemenangannya dalam peperangan ini, dakwah Islam semakin merambah ke pelosok India, terutama wilayah Kanjar. Beliau juga berhasil menaklukkan Raja Gujarat yang bernama Baida pada tahun 409H/1018M.
Serangkaian penaklukan yang gilang-gemilang tadi tentunya tak terlepas dari dua faktor utama; pertama tentunya pertolongan Allah, dan kedua: jasa besar pasukan berkuda yang dibentuk oleh Sultan Mahmud, yang jumlah personelnya –menurut riwayat sebagian sejarawan Arab dan Orientalis- mencapai 100 ribu orang. Masing-masing menunggang kuda dan bersenjata lengkap. Demikian pula pasukan bergajah yang menjadi ujung tombak dalam berbagai peperangan kaum muslimin di India. Karenanya, Sultan Mahmud sangat memperhatikan senjata yang satu ini, hingga terkadang beliau rela berdamai dengan beberapa penguasa India dengan imbalan sejumlah Gajah.
Ingatlah ikhwati fillah, keberhasilan suatu peperangan tidak terlepas dari kedua faktor di atas; keimanan kuat yang mengundang turunnya pertolongan Allah, dan didukung dengan persenjataan yang memadai. Oleh karenanya, seorang pemimpin mutlak harus memperhatikan kedua hal di atas. Ia harus memberantas setiap bentuk kemaksiatan, mulai dari syirik hingga maksiat-maksiat lainnya yang dapat menggerogoti keimanan rakyat. Demikian pula dengan kekuatan militer pasukannya, jangan sampai ia tertinggal jauh dalam persenjataan yang dimiliki musuh-musuhnya, sebagaimana yang dialami kaum muslimin akhir-akhir ini. Inilah dua kunci utama keberhasilan Sultan Mahmud dalam setiap operasi militernya.
Demikianlah Sultan Mahmud pindah dari satu peperangan ke peperangan berikutnya dengan membawa kemenangan besar. Hingga suatu ketika beliau menghadapi sebuah perang besar, bahkan yang terbesar sepanjang sejarah kaum muslimin. Peperangan tersebut terkenal dengan nama Somanat… bagaimanakah kisahnya? Begini ceritanya… konon tiap kali Sultan Mahmud berhasil menundukkan suatu daerah di India dan menghancurkan berhalanya, orang-orang musyrik India mengatakan: "Nampaknya berhala-berhala dan negeri ini telah dimurkai oleh Tuhan Somanat, sebab kalaulah ia ridha kepada berhala dan negeri ini, niscaya pastilah ia membinasakan orang-orang yang mengganggu berhala tadi". Tentu Sultan Mahmud mengacuhkan saja isu tersebut dan tidak menggubrisnya. Akan tetapi isu tersebut semakin santer, seakan-akan menjadi suatu keyakinan bagi orang-orang India tadi. Tak ayal Sultan pun bertanya-tanya tentang Somanat ini, maka dikatakan kepadanya bahwa Somanat adalah tuhan dan berhala terbesar yang disembah orang-orang India. Mereka meyakini bahwa arwah-arwah yang telah berpisah dari jasadnya terkumpul padanya, lalu ia kembalikan ke bentuk lain sekehendaknya, sesuai dengan faham reinkarnasi yang mereka yakini. Mereka juga menganggap bahwa ombak dan pulau-pulau yang ada di sekitar Somanat adalah bentuk dari peribadatan laut kepadanya.
Berhala Somanat terletak sejauh 600 mil dari muara Sungai Gangga, yang terletak di wilayah Gujarat di barat India. Berhala ini dipelihara oleh 1000 orang biksu yang memimpin upacara ritual, ditambah 300 pria yang bertugas mencukur rambut dan jenggot para peziarah, kemudian 300 pria dan 500 wanita yang menyanyi dan berjoget di gerbang masuknya. Adapun Somanat itu sendiri adalah berhala yang dibangun di atas 56 tiang besi yang berlapis timah, ia terbuat dari batu tanpa bentuk yang jelas, namun berupa tiga bulatan dengan dua lengan yang tingginya 5 hasta (3,5m).
Orang-orang musyrik India senantiasa menziarahinya, terutama pada malam gerhana bulan. Mereka mempersembahkan sesajian yang demikian bernilai untuk si berhala, dan memberi para juru kuncinya sejumlah harta.
Tentu fenomena syirik akbar semacam ini tidak bisa dibiarkan… hati seorang mukmin akan tersayat menyaksikannya, apalagi seorang pejuang tauhid seperti Sultan Mahmud bin Sabaktekin. Maka segeralah beliau kerahkan pasukan besar untuk menghancurkan berhala tersebut, dan berangkat pada pertengahan bulan Dzul Qa'idah setelah mengarungi serangkaian peperangan sebelumnya. Dalam peperangan ini, beliau berhasil membunuh 50 ribu orang musyrik India, ini belum termasuk jumlah mereka yang mencampakkan dirinya ke laut. Simaklah kisah selengkapnya yang dituturkan oleh Ibnu Katsir saat mengisahkan tentang peristiwa sejarah tahun 417H, beliau mengatakan:
"Pada tahun itu, sampailah sepucuk surat dari Mahmud bin Sabaktekin yang mengabarkan bahwa dirinya telah masuk ke wilayah India dan berhasil menghancurkan berhala terbesar mereka yang bernama Somanat. Padahal orang-orang India senantiasa berduyun-duyun mengunjunginya seperti kaum muslimin mengunjungi Ka'bah. Mereka menyumbangkan uang yang tak terkira besarnya bagi berhala tersebut… maka Sultan Mahmud beristikharah kepada Allah saat mendengar tentang berhala dan banyaknya pasukan India yang harus dihadapinya dalam rangka menghancurkan berhala tersebut. Beliau sadar bahwa perjalanan yang ditempuhnya demikian sulit dan penuh bahaya, maka Beliau menghimbau pasukannya untuk berangkat hingga terkumpullah 30 ribu orang pasukan pilihan, ditambah lagi sejumlah sukarelawan. Sultan pun menyerahkan nasib mereka kepada Allah hingga mereka tiba di medan perang. Setibanya di lokasi, ternyata ia merupakan kota yang demikian besar, namun dengan cepat beliau berhasil menundukkan kota tersebut dan menewaskan 50 ribu orang musuh, dan menumbangkan berhala itu lalu membakarnya.
Disebutkan bahwa orang-orang India berusaha menebus berhala mereka dengan harta yang tak terhingga agar Sultan Mahmud tidak jadi menghancurkannya. Hingga sebagian komandan beliau ada yang menganjurkan agar Sultan menerima hadiah tersebut dan membiarkan berhala itu. Akan tetapi Sultan menjawab: "Tunggu, aku akan istikharah kepada Allah terlebih dahulu". Maka keesokan harinya beliau mengatakan kepada mereka: "Aku telah merenungkan masalah ini, maka kulihat bahwa di hari kiamat kelak, aku lebih suka mendengar seruan: "Di manakah Mahmud yang berhasil menghancurkan berhala?", dari pada: "Di manakah Mahmud yang meninggalkan berhala demi mendapat dunia?".
Subhanallaah, lihatlah profil pejuang tauhid sejati ini… baginya kemenangan bukan diukur dari besarnya ghanimah yang diperoleh, akan tetapi tercapainya tujuan luhur dari jihad itu sendiri, alias tegaknya tauhid di muka bumi. Ini mengingatkan kita terhadap sikap Rasulullah saat ditawarkan kepadanya empat hal, dengan syarat ia menghentikan dakwah Islamnya. Ditawarkan kepadanya untuk menjadi Raja, menjadi orang terkaya, memiliki isteri paling cantik, atau sembuh dari penyakit jiwa yang dideritanya menurut mereka. Akan tetapi kesemuanya ditolak oleh beliau… sembari berkata kepada Abu Thalib pamannya; "Demi Allah wahai pamanku, andai pun mereka bisa meletakkan matahari di tangan kiriku dan bulan di tangan kananku, agar aku meninggalkan dien ini, niscaya aku takkan meninggalkannya hingga Allah memenangkan agama ini atau aku binasa karenanya".
Inilah sikap seorang panglima muslim sejati yang mesti jadi teladan… semua penaklukan yang berhasil dilakukannya hanyalah demi tegaknya agama Allah, bukan semata-mata memperluas kekuasaan. Karenanya, Allah menjadikan namanya harum setelah itu.
Setelah membulatkan tekad, Sultan Mahmud pun menghancurkan berhala tersebut dan mendapatkan setumpuk mutiara, intan, emas dan perhiasan lain yang nilainya jauh berlipat ganda melebihi harta yang mereka tawarkan. Dalam berhala tersebut terdapat gudang berisi sejumlah arca dari emas dan perak yang berkalung permata, yang nilainya lebih dari 20 juta Dinar!!
Subhanallaah, sebagian komandan yang semula rela menerima sedikit uang yang akan diberikan oleh kaum musyrikin tadi, setelah melihat betapa banyak harta yang ada di balik berhala tadi, mereka bersyukur memuji Allah, dan membenarkan Sabda Nabi e yang mengatakan:
من ترك شيئا لله، عوضه الله خيرا منه
Barang siapa meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik
Sekedar informasi, pasca penghancuran berhala tadi, orang-orang India berupaya membangunnya kembali di kemudian hari, akan tetapi hal tersebut tidak dibiarkan oleh Sultan Muhyiddien Aurangzeb. Beliau lantas menghancurkannya pada tahun 1706M. Kemudian pemerintah India pada tahun 1947M membangung kembali lokasi tersebut dan masih eksis sampai hari ini!
Demikianlah, Sultan Mahmud senantiasa berjihad tanpa mengenal letih dan lelah hingga suatu ketika beliau terserang sakit perut di akhir hayatnya. Sakitnya makin parah hari demi hari, pun demikian beliau tetap menguatkan dirinya saat bertemu dengan orang-orang. Konon beliau tak mampu untuk berbicara kecuali dalam posisi duduk bersandar akibat sakit yang makin parah, hingga akhirnya beliau wafat di Ghaznah pada hari Kamis, 23 Rabi'ul Akhir 421H dan dimakamkan di sana. Dengan demikian, beliau telah memerintah selama 35 tahun.
Selama periode tersebut, luas wilayah yang berhasil beliau taklukkan adalah setara dengan yang terjadi di masa Umar bin Khatthab t. Panji-panji Islam yang beliau kibarkan telah mencapai pelosok negeri yang sebelumnya tidak pernah terjamah oleh kaum muslimin. Beliau berhasil menegakkan syi'ar-syi'ar Islam di wilayah yang sebelumnya tak pernah terdengar lantunan ayat Al Qur'an dan suara adzan… maka semoga Allah merahmati beliau.
Kisahnya sungguh mengingatkan kita akan sosok seorang penakluk lain dari kalangan sahabat yang mulia, yaitu Khalid bin Walid t. Beliau yang mengejar maut di setiap tempat persembunyiannya, justeru akhirnya mati di atas pembaringan… dan ini pula lah yang dialami oleh Sultan Mahmud.
Sultan Mahmud telah wafat, akan tetapi nama beliau akan senantiasa harum, terutama di daerah asalnya. Di Afghanistan dan Pakistan biografi beliau masih menjadi buah bibir masyarakat, bahkan di Pakistan, nama beliau menjadi nama salah satu rudal balistik jarak pendek yang dimiliki oleh angkatan bersenjata negeri itu.
http://serambimadinah.com/index.php?option=com_content&view=article&id=86:mahmud-bin-sabaktekin-pengibar-panji-tauhid-di-india&catid=39:sejarah-islam&Itemid=64
Senin, 20 Desember 2010
IBNU JARIR AT-THOBARI (204-301 H)
Ibnu Jarir At-Thobari- Nama lengkap beliau Abu Ja'far Muhammad bin Jarir At-Thobari,beliau lahir disebuah perkampungan yang bernama aamal dari iqlim Thobaristhan.yang saat ini terletak sebelah utara Iran perbatasan laut Qozwain.beliau lahir pada tahun 204 Hijriyyah.
Dikenal sejak usia mudanya beliau senang dan cinta akan ilmu,sehingga pada waktu itu seorang ayah beliau selalu memotivasinya untuk senantiasa melakukan perjalanan dalam mecari ilmu,sehingga dengan dorongan sang ayahanda,beliau menghasilkan ilmu yang dibilang matang baginya walaupun beliau merasa itu kecil dihadapan sang Robb.
Beliau pernah bilang tentang dirinya :
حفظت القرآن ولي سبع سنين,وصليت با لنا س وأنا ابن ثماني سنين,وكتبت الحديث و انا ابن تسع سنين,ورأى لي أبي في النوم أني بين يدي رسول الله صلى الله عليه وسلم ومعي مخلا ة فيها حجا رة أرمي بها بين يديه ,فقيل له إن ابنك سيعرف كثيرا من علوم الدين ,وسوف يدافع عن شريعةالا سلام
"Saya hapal Quran sejak saya berusia tujuh tahun,dan saya solat dengan berjamaah sejak saya berusia delapan tahun,dan saya menulis hadits,ketika usia saya beranjak sembilan tahun..ayah saya pernah bermimpi,bahwa saya ada diantara kedua tangan rosulullah SAW,yang denganku sebuah tempat (yang biasa dipake buat nyimpan makanan) yang berisikan batu-batu yang dengan batu itu saya melemparkannya diantara kedua tangan Rosulullah,dan Rosulullah berkata kepada ayahanda:"anak mu kelak akan mengetahui ilmu-ilmu agama,dan kelak akan membela syariat islam".
Maka beliau pada saat itu melakukan sebuah perjalanan menuju Ar-Riyyi (sebuah negara yang berdekatan dengan Thohron diparis (Iran) dan beliau belajar pada ulama-ulama terkemuka dinegara itu).
Kemudian setelah itu beliau melanjutkan perjalanannya menuju kufah,dan disana beliau bertemu dengan Muhammad bin Al-'Ala' Al-Hamadzaniy (salahsatu pembesar disana).dan beliaupun hendak memasuki rumahnya.
Dan pada suatu hari,orang-orang hendak pergi kerumah pembesar itu dengan suasana yang ramai,karena mereka ingin diperbolehkan untuk masuk kerumahnya.maka pembesar ketika bertanya kepada mereka : Siapa diantara kalian yang hafal akan apa yang telah saya tulis??
Maka ketika itu Imam At-thobari berkata disekumpulan orang-orang itu :"Saya hafal apa yang telah ditulis dari mu...!!.
maka pembesar itu bertanya dan beliaupun menjawabnya, dengan seketika beliau menjadi besar dimata mereka,dan pembesarpun tahu akan kemampuannya,meskipun usianya yang masih kecil,dan dia (pembesar) mendengarkan darinya lebih dari 100000 hadits.
Kemudian ,selain beliau melakukan perjalanan menuju kufah,beliaupun menuju Baghdad kemudian menuju mesir,disana beliau menetap dalam waktu yang lama.
Beliau mengetahui setiap ilmu agama dimasanya,sehingga beliau seperti qori' yang tak mengerti kecuali hanya Alquran,dan seperti seperti seorang ahli hadits yang tidak mengetahui kecuali ilmu hadits,dan seperti seorang ahli fiqh yang tidak mengerti apa-apa kecuali ilmu fiqih,dan seperti ulama ahli nahwu yang tidak tahu apa-apa kecuali ilmu nahwu,dan ibarat seorang ahli matematika yang tidak tahu kecuali matematika itu sendiri.
Pernah suatu hari ada seorang laki-laki yang bertanya kepadanya tentang ilmu 'Arudlh (ilmu tentang syi'ir) maka beliaupun hafal dan tahu akan ilmu itu..dan beliau mampu membaca dan menghapalnya hanya dalam satu malam.
Subhanalloh....
Sumber : Silsilah Ta'limul lughoh Al-'Arobiyyah
I'dad tsani LIPIA Jakarta
IMAM MUSLIM
Imam Muslim-Nama lengkap beliau Abu husain bin Hajjaj,beliau termasuk pembesar imam-imam hadits,lahir di Naisabur yang merupakan ibukota khurosan,tahun 206 hijriyyah..
Selama beliau hidup,hari-harinya disibukan dengan mengumpulkan hadits-hadits Rosululloh SAW,sehingga beliau termasuk salah satu imam ahli hadits dizamannya setelah imam Bukhori,dalam mengumpulkan hadits-haditsnya,beliau mengambil hadits-hadits dari pembesar-pembesar ulama dijamannya seperti imam Ahmad bin Hambal,dan ishaq bin rohawaih.
Dalam perjalanan hidupnya beliau menimba ilmu dan meriwayatkan hadits dari berbagai ulama yang ada dikhurosan,iraq,hijaz,dan mesir,sehingga kesungguhannya dalam meriwayatkan hadits menjadikan dirinya masyhur diantara ulama-ulama dimasanya,dan orang-orang pada masa itu tertuju dan tertarik dengan hadits-hadits yang diriwayatkan beliau.
Banyak buku-buku hadits yang telah beliau karang,yaitu diantaranya:Shohih Muslim yang yang berjumlah 12000 hadits,yang beliau pilih dari 300000 hadits,dan lama waktu penulisannya mencapai lima belas tahun.
Kitab hadits shohih Muslim yang beliau karang terbilang hadits-haditsnya paling shohih setelah kitab hadits karangan imam Bukhori dan hadits-hadits yang lainnya,seperti : Sunnah Abu Daud,Sunnah Thirmidzi,Sunnah nasa'i,dan Sunnah ibnu majah...
Shohih Muslim telah dijelaskan berulang-ulang,dan telah diterbitkan berkali-kali,seperti Shohih Muslim yang ada pada saat ini.
Dan tatkala itu,ketika imam Bukhori datang ke Naisaburi tempat beliau dilahirkan,tepat pada akhir hayatnya beliau beliau bertemu dengannya dan hendak mencium kepalnya dan berkata kepadanya : Yaa ustadzul asaatidzah wa yaa sayyidal muhadditsiin.(wahai gurunya para guru,dan tuannya para ahli hadits).Ini merupakan bukti ketekunan dan kemasyhuran beliau dalam meriwayatkan hadits-hadits shohih,sehingga imam-imam ahli hadits pada masa itu memberi gelar tersebut..
Selain dari karangannya beliau yaitu shohih imam Muslim,ada juga Al-musnad al-kabir,al-jami' al-kabir..dan masih banyak lagi selain dari kedua karangannya itu...
Beliau meninggal ditempat kelahirannya pada tahun 261 Hijriyyah,dan usianya mencapai 55 tahun saat itu..Sumber : Silsilah ta'lim lughoh al-arobiyyah
mustawa tsani LIPIA Jakarta.
Minggu, 19 Desember 2010
MENGAPA HARUS BERSEDEKAH???
Kata Sedekah berasal dari bahasa arab,yaitu shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela,tanpa dibatasi oleh waktudan jumlah tertentu.juga,berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridlo Alloh dan pahala semata. Sedekah dalam pengertin diatas oleh para ahli fiqih disebut shadaqoh at-tathowwu' (sedekah secara spontan dan sukarela).
Dalam Al-quran banyak sekali ayat yang menganjurkan kaum muslimin untuk senantiasa memberikan sedekah.Diantara ayat yang dimaqsud adalah firman Alloh QS:Annisa':114..
"Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah,atau berbuat makruf,atau mengadakan perdamaian diantara manusia.dan barang siapa yang berbuat demikian karena mencari keridloan Alloh,maka kelak kami akan memberikan kepadanya pahala yang besar."
Hadits yang menganjurkan bersedekah juga tidak sedikit jumlahnya.Para ahli fiqih bersepakat bahwahukum sedekah pada dasarnya adalah sunnah ;berpahala bila dilakukan,dan tidak berdosa bila tidak dilakukan atau ditinggalkan.
Disamping sunnah,adakalanya hukum sedekah jadi haram,yaitu dalam kasus seseorang yang bersedekah mengetahui pasti bahwa orang yang bakal menerima sedekah tersebut akan menggunakan harta sedekah untuk kemaksiatan.Terakhir,adakalanya juga hukum sedekah berubah menjadi wajib,yaitu ketika seseorang bertemu dengan orang lainyang sedang kelaparan hingga dapat mengancam keselamatan jiwanya,sementara dia mempunyai makanan yang lebih dari apa yang diperlukan saat itu.
Hukum sedekah juga menjadi wajib jika sesorang bernazar hendak bersedekah kepada seseorang atau lembaga tertentu.Menurut para ahli fiqih,sedekah dalam arti shodaqoh at-tathowwu' berbeda dengan zakat.
Kata sedekah dalam Al-quran setidaknya diulang sebanyak 43 kali dengan beberapa istilah berbeda yang menunjukan makna serupa.Diantaranya ialah infaq,al-qardh (pinjaman),dan sedekah itu sendiri,dengan berbagai macam penekanan.Lalu,apa perbedaan antara infaq,zakat,dan sedekah???
Zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapa syarat tertentu yang diwajibkan oleh Alloh untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhaq menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.Setiap harta yang sudah dikeluarkan zakatnya akan menjadi suci,bersih,baik,berkah,tumbuh,dan berkembang.
Infaq berarti mengeluarkan sebagian dari harta,pendapatan,atau penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan ajaran islam,Jika zakat ada nisabnya,infaq tidak mengenal nisab.Jika zakat harus diberikan kepada mustahiq tertentu (delapan golongan yang berhak menerima),maka infaq boleh diberikan kepada siapa pun juga.Misalnya,untuk kedua orang tua,anak yatim,dan sebagainya.
Ditambah lagi,infaq dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman,baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah,baik disaat lapang maupun sempit.
Pengertian sedekah sama dengan pengertian infaq,termasuk juga hukum dan ketentuan-ketentuannya.Hanya saja,jika infaq berkaitan dengan materi,sedekah memiliki arti yng lebih luas,yaitu menyangkut hal yang berifat nonmaterial.
Hal ini sebagaimana hadits dalam shohih muslim yang menyatakan bahwa jika tidak mampu bersedekah dengan harta,maka membaca tashbih,membaca takbir,tahmid,tahlil;berhubungan suami istri;dan melaakukan amar makruf nahi munkar adalah sedekah.
Lantas,mengapa kita harus bersedekah,baik yang bersifat materi maupun non materi,dan keutamaan apa yang ada dibaliknya??berikut penjelasannya:
1. Sedekah adalah Perintah
Bersedekah dengan uang atau perbuatan adalah perintah Alloh kepada kita semua.Hal ini dapat kita lihat dari dalil-dalil berikut ini.Alloh berfirman dalam QS:Al-Baqarah:254..
Hai orang-orang yang beriman,belanjakanlah (dijalan Alloh) sebagian dari rejeki yang telah kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafaat.DAn orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim."
Rosululloh SAW bersabda:
"Setiap persendian manusia mempunyai beban bersedekah pada setiap hari ketika matahari terbit..."(HR.Muslim).
Dalil diatas memerintahkan setiap muslimagar bersedekah,disamping menegaskan pula akan pentingnya sedekah dalam islam.Perintah tersebut tidak hanya terbatas pada sedekah dengan harta,tetapi juga dengan setiap persendian.Orang kaya dengan kelebihan hartanya dituntut untukbersedekah dengan dua cara,materi dan non materi.Adapun orang papa,ia dituntut bersedekah dengan berbagai cara alternatif yang telah diajarkn oleh islam.Dengan demikian ,untuk bisa bersedekah,seorang Muslim yang miskin tidak perlu menunggu kaya;dan Muslim yang berkecukupan tidak perlu menunggu hartanya berlpat ganda.
2. Alloh Menyuburkan Sedekah
Harta yang disedekahi akan menjadi subur dan berkembang.Tidak sebagaimana harta riba yang akan musnah dari tangan pemiliknya.hilang barokahnya,dan menyebabkan masuk neraka.
Banyak kisah dan bukti dari ini semua,sebagaimana firman Alloh SWT dalam QS:Al-baqarah:276..
"Alloh memusnahkan Riba' dan menyuburkan sedekah.." (al-baqarah:276)
Sabda Rosululloh SAW:
"Barang siapa bersedekah senilai satu bijikurma yang berasal dari mata pencarian yang baik,dan Alloh tidak akan menerima kecuali yang baik,maka sesungguhnya Alloh akan menerimanya dengan tangan kanannya,kemudian dipelihara untuk pemiliknya sebagaimana seseorang diantara kalian memelihara anak kuda,sehingga sedekah itu menjadi (besar) seperti gunung.." (HR Al-Bukhori)
Dan masih banyak lagi keutamaa-keutamaan bersedekah..
Sumber:new artikel from AQWAM
Sedekah tanpa Uang karangan Fahrur Mu'is
NABI YUNUS 'ALAIHISSALAM
Kisah Nabi Yunus As-
Nabi Yunus ‘alaihissalam termasuk nabi dari keturunan Bani Israil. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutusnya kepada penduduk negeri Ninawa di Mosul (Irak). Beliau menyeru kaumnya untuk kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, namun mereka menolaknya. Nabi Yunus ‘alaihissalam tidak berputus asa, selalu berusaha dan berusaha mendakwahi mereka, namun mereka tetap menolak. Kemudian Nabi Yunus ‘alaihissalam mengancam dengan azab dan pergi meninggalkan mereka, tidak sabar sebagaimana mestinya. Beliau ‘alaihissalam pergi dalam keadaan marah.
Sementara itu, sepeninggal Nabi Yunus ‘alaihissalam, Allah mengilhamkan kepada kaum tersebut untuk bertaubat dan kembali kepada-Nya. Itu terjadi setelah mereka menyaksikan sebagian dari pendahuluan azab yang diancamkan kepada mereka. Allah pun menyelamatkan mereka dari azab tersebut. Secara lahiriah, Nabi Yunus ‘alaihissalam mengetahui mereka telah selamat dari azab itu, namun beliau tetap tidak mau kembali. Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا
“Ketika dia pergi dalam keadaan marah.” (Al-Anbiya: 87)
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ
“ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan.” (Ash-Shaffat: 140)
Nabi Yunus ‘alaihissalam naik ke kapal yang sudah penuh dengan penumpang dan barang. Sampai di tengah lautan, kapal tersebut mulai memperlihatkan tanda-tanda akan tenggelam. Saat itu hanya ada dua pilihan, mereka tetap bersama-sama di atas kapal tapi tenggelam semua, atau satu per satu dilemparkan ke laut sekedar meringankan muatan kapal dan menyelamatkan yang lain. Akhirnya diputuskan untuk memilih yang kedua. Mulailah diundi siapa yang akan dilemparkan ke laut. Termasuk dalam undian itu adalah Nabi Yunus ‘alaihissalam. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:
فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِيْنَ
“Lalu dia termasuk orang-orang yang kalah.” (Ash-Shaffat: 141)
Yakni, Nabi Yunus ‘alaihissalam kalah dalam undian tersebut. Merekapun melemparnya ke laut dan kemudian ditelan bulat-bulat oleh seekor ikan dari dalam laut. Di dalam kegelapan perut ikan itu, beliau berdoa:
لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ
“Tidak ada Ilah melainkan Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim.” (Al-Anbiya: 87)
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan ikan tersebut melemparkannya ke tanah yang tandus. Nabi Yunus ‘alaihissalam keluar dari perut ikan seperti anak burung yang keluar dari sebutir telur, betul-betul dalam keadaan sangat lemah. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengasihani beliau dengan menumbuhkan untuknya sebuah pohon dari jenis labu, dan menaunginya hingga menjadi kuat.
Setelah itu Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi perintah kepadanya untuk kembali ke tengah-tengah kaumnya, supaya mengajari dan mendakwahi mereka. Dan sekarang penduduk negeri yang berjumlah lebih 100.000 orang itu menyambut seruan beliau. Mereka beriman kepadanya dan mendapat kesenangan sampai waktu yang telah ditentukan.
Pelajaran
1. Dalam kisah ini, Allah menegur Nabi Yunus ‘alaihissalam dengan cara yang halus. Dengan menahannya di dalam perut seekor ikan, sebagai kaffarah (tebusan atas kesalahan beliau) sekaligus tanda kekuasaan Allah yang sangat besar dan karamah (mukjizat) bagi Nabi Yunus ‘alaihissalam.
2. Termasuk nikmat pula dari Allah kepada beliau adalah diterimanya dakwah beliau oleh penduduk negerinya yang berjumlah lebih dari 100.000 orang. Dan besarnya jumlah pengikut, termasuk sebagian keutamaan mereka.
3. Bolehnya melakukan undian ketika menghadapi persoalan yang musykil, mengenai siapa yang berhak atau tidak terhadap suatu perkara, apabila tidak ada yang menguatkan salah satunya. Apa yang dilakukan penumpang kapal tersebut menunjukkan kaidah yang sudah dikenal, yaitu mengambil kemudharatan yang lebih ringan untuk menolak kerusakan yang lebih besar. Tentunya sudah jelas, melempar salah seorang penumpang ke laut sangat berbahaya, namun malapetaka yang akan menimpa seluruh penumpang jauh lebih besar bahayanya.
4. Seorang hamba apabila dia memiliki hubungan yang baik dengan Rabb-nya, di mana dia selalu beramal shalih ketika dia dalam keadaan senang, Allah tentu mensyukuri amalnya dan mengingatnya pula ketika dia dalam keadaan kesulitan, yakni dengan melepaskannya dari kesulitan itu atau meringankan keadaannya. Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam kisah Nabi Yunus ‘alaihissalam ini:
فَلَوْلاَ أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِيْنَ. لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah. Niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.” (Ash-Shaffat: 143-144)
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
دَعْوَةُ أَخِيْ ذِي النُّون مَا دَعَا بِهَا مَكْرُوبٌ إِلاَّ فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ: لآ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ.
“Doa saudaraku Dzin Nun (Nabi Yunus). Tidaklah seorang yang dalam kesulitan, lalu berdoa dengan doa ini melainkan Allah akan lepaskan dia dari kesulitan itu, yaitu: ‘Tidak ada ilah melainkan Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang dzalim’.” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasai dari Sa’d bin Abi Waqqash radhiallahu ‘anhu
5. Iman itu menyelamatkan pemiliknya dari ketakutan dan kesulitan sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan:
وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِيْنَ
“Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (Al-Anbiya: 88)
“Dan demikianlah Kami selamatkan orang-orang yang beriman.” (Al-Anbiya: 88)
(Diterjemahkan dari Taisir Al-Lathifil Mannan, karya Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah)
http://blog.re.or.id/kisah-nabi-yunus-alaihissalam.htm
Selasa, 07 Desember 2010
KIAT MENSYUKURI TAQDIR
Beruntunglah menjadi seorang muslim karena Allah SWT secara lengkap dan sempurna telah menyediakan panduan hidup terbaik dan contoh manusia terbaik yang dapat dijadikan model terbaik dalam menjalani kehidupan sementara di dunia ini dengan sebaik-baiknya. Termasuk tentunya di sini bagaimana mensikapi dengan benar persoalan-persoalan hidup yang pasti akan kita temui, karena dengan persoalan-persoalan itulah sesungguhnya Allah SWT menguji sejauhmana meningkatkan kualitas ketaqwaan seseorang di sisi Allah SWT.
Taqdir baik dan buruk merupakan ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT kepada setiap hambaNya. Sebagai contoh, kematian itu pasti akan datang menemui kita meskipun sangat mungkin kita merasa belum siap menghadapinya. Begitu juga bagaimana bentuk kehidupan kita setelah kematian—apakah mendapatkan kehidupan yang dicintai, diberkahi, dan diridhai Allah SWT atau sebaliknya—juga merupakan sebuah kepastian yang akan kita terima sebagai konsekuensi logis dari pilihan hidup yang dijalani selama diberi nafas kehidupan oleh Allah SWT. Menjalani kehidupan di dunia yang sangat-sangat singkat ini dibandingkan dengan kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti dengan menjadi seorang muslim yang meniatkan seluruh kegiatan yang dipilihnya sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT yang telah menganugerahinya begitu banyak nikmat sehingga dipastikan tidak akan mampu menghitungnya. Menjadi seorang muslim yang menjadikan kecintaan, keridhaan, dan perjumpaan denganNya sebagai tujuan hidupnya, menjadikan dunia sebagai batu loncatan untuk menggapai kesuksesan sejati di kehidupan akhirat yang sejati.
Demikian juga dengan kegembiran dan kesedihan, kesuksesan dan kegagalan, kemenangan dan kekalahan, sehat dan sakit, ketenangan dan kecemasan, siang dan malam, kehidupan dan kematian, merupakan sebagian kecil contoh yang menunjukkan bahwa Allah SWT telah menyatakan dengan tegas bahwa hidup ini sesungguhnya penuh dengan kepastian, bukan kemungkinan-kemungkinan. Bahwa kebaikan yang kita usahakan, sekecil apapun menurut penilaian kita pasti akan dibalas dengan kebaikan yang lebih banya. Bahkan, ketika kita baru berniat akan melakukan kebaikan dan kita tidak jadi melakukannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Apalagi ketika kita berniat melakukan kebaikan dan kemudian kita jadi melakukannya, maka Allah SWT mencatat di sisiNya 10 kebaikan hingga 700 kali lipat bahkan sebanyak yang dikehendakiNya.
Tidaklah berlebihan bahwa menjadi seorang muslim pastilah menjadi orang paling berbahagia di muka bumi ini, karena apapun ketetapan Allah kepada hambaNya, kata Rasulullah SAW, semuanya pasti baik adanya. Sebagaimana diriwayatkan Muslim, dari Abi Yahya Shuhaib bin Sinan r.a, Rasulullah SAW bersabda”Sangat mengagumkan keadaan orang mukmin itu, sebab keadaan bagaimanpun baginya adalah baik dan tidak mungkin terjadi demikian, kecuali bagi orang mukmin saja. Jika mendapat nikmat ia bersyukur dan itu baik baginya; dan bila menderita kesusahan ia bersabar, maka itupun baik baginya.”
Ibnu Qayyim Al Jauziyah r.a dalam bukunya Kemulian Syukur dan Keagungan Sabar mengingatkan kita untuk memahami konsep sabar secara menyeluruh. Sabar itu bukan hanya mampu menahan dirinya dari dorongan nafsu kemarahan (Hilm), tapi juga mampu menahan nafsu birahinya sehingga kemaluannya terjaga dari berbagai perbuatan terkutuk (‘Iffah), mampu menahan diri untuk tidak makan secara berlebihan atau secara terburu-buru (syara nafs/syaba’ nafs), dan mampu menahan diri untuk tidak senantiasa tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu (Waqar/Tsabat). Jangan mengaku sabar ketika kita masih suka membeberkan rahasia, suka mencari kambing hitam karena sabar itu adalah kitman sirr (mampu menahan diri untuk tidak mengatakan apa saja yang seharusnya tidak dikatakan), muru’ah (mampu menahan diri untuk tidak melemparkan hal-hal yang tidak disukai kepada orang lain), dan syaja’ah (mampu menahan diri untuk tidak lari dan kabur dari masalah yang dihadapi). Orang sabar itu, lanjut Ibnu Qayyim Al Jauziyah, zuhud/Qana’ah (mampu menjaga diri dari berbagai kelebihan dunia dan sanggup menyepelekannya; mengambil hanya sebagian kecil dari dunia untuk mencukupi kebutuhan, dermawan (mampu menahan diri untuk tidak pelit kepada orang lain), pemaaf/pemurah (mampu menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain, dan cerdik (mampu menahan diri untuk tidak berlaku malas dan ogah-ogahan dalam waktu yang seharusnya bergerak).
Maka, apapun yang ditetapkan Allah SWT kepada kita itu pasti baik adanya. Allah SWT tidak pernah memberi soal di luar kesanggupan kita untuk menyelesaikannya dan setiap soal itu pasti ada jawabannya. Jangan pernah terbersit sedikit pun dalam hati dan pikiran untuk berputus asa dari rahmat Allah SWT karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan dan sesudah kesulitan pasti ada kemudahan yang mengikutinya. Masihkah ada lagi alasan yang membuat kita terus menerus bersedih dan takut terhadap kehidupan dunia yang singkat, penuh permainan dan senda gurau ini?
http://mashoewa.blogspot.com/2010/02/sabar-dan-syukur-cara-terbaik-mensikapi.html
http://mashoewa.blogspot.com/2010/02/sabar-dan-syukur-cara-terbhttp://mashoewa.blogspot.com/2010/02/sabar-dan-syukur-cara-terbaik-mensikapi.htmlaik-mensikapi.html
Taqdir baik dan buruk merupakan ketentuan yang telah ditetapkan Allah SWT kepada setiap hambaNya. Sebagai contoh, kematian itu pasti akan datang menemui kita meskipun sangat mungkin kita merasa belum siap menghadapinya. Begitu juga bagaimana bentuk kehidupan kita setelah kematian—apakah mendapatkan kehidupan yang dicintai, diberkahi, dan diridhai Allah SWT atau sebaliknya—juga merupakan sebuah kepastian yang akan kita terima sebagai konsekuensi logis dari pilihan hidup yang dijalani selama diberi nafas kehidupan oleh Allah SWT. Menjalani kehidupan di dunia yang sangat-sangat singkat ini dibandingkan dengan kehidupan yang sesungguhnya di akhirat nanti dengan menjadi seorang muslim yang meniatkan seluruh kegiatan yang dipilihnya sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT yang telah menganugerahinya begitu banyak nikmat sehingga dipastikan tidak akan mampu menghitungnya. Menjadi seorang muslim yang menjadikan kecintaan, keridhaan, dan perjumpaan denganNya sebagai tujuan hidupnya, menjadikan dunia sebagai batu loncatan untuk menggapai kesuksesan sejati di kehidupan akhirat yang sejati.
Demikian juga dengan kegembiran dan kesedihan, kesuksesan dan kegagalan, kemenangan dan kekalahan, sehat dan sakit, ketenangan dan kecemasan, siang dan malam, kehidupan dan kematian, merupakan sebagian kecil contoh yang menunjukkan bahwa Allah SWT telah menyatakan dengan tegas bahwa hidup ini sesungguhnya penuh dengan kepastian, bukan kemungkinan-kemungkinan. Bahwa kebaikan yang kita usahakan, sekecil apapun menurut penilaian kita pasti akan dibalas dengan kebaikan yang lebih banya. Bahkan, ketika kita baru berniat akan melakukan kebaikan dan kita tidak jadi melakukannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Apalagi ketika kita berniat melakukan kebaikan dan kemudian kita jadi melakukannya, maka Allah SWT mencatat di sisiNya 10 kebaikan hingga 700 kali lipat bahkan sebanyak yang dikehendakiNya.
Tidaklah berlebihan bahwa menjadi seorang muslim pastilah menjadi orang paling berbahagia di muka bumi ini, karena apapun ketetapan Allah kepada hambaNya, kata Rasulullah SAW, semuanya pasti baik adanya. Sebagaimana diriwayatkan Muslim, dari Abi Yahya Shuhaib bin Sinan r.a, Rasulullah SAW bersabda”Sangat mengagumkan keadaan orang mukmin itu, sebab keadaan bagaimanpun baginya adalah baik dan tidak mungkin terjadi demikian, kecuali bagi orang mukmin saja. Jika mendapat nikmat ia bersyukur dan itu baik baginya; dan bila menderita kesusahan ia bersabar, maka itupun baik baginya.”
Ibnu Qayyim Al Jauziyah r.a dalam bukunya Kemulian Syukur dan Keagungan Sabar mengingatkan kita untuk memahami konsep sabar secara menyeluruh. Sabar itu bukan hanya mampu menahan dirinya dari dorongan nafsu kemarahan (Hilm), tapi juga mampu menahan nafsu birahinya sehingga kemaluannya terjaga dari berbagai perbuatan terkutuk (‘Iffah), mampu menahan diri untuk tidak makan secara berlebihan atau secara terburu-buru (syara nafs/syaba’ nafs), dan mampu menahan diri untuk tidak senantiasa tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu (Waqar/Tsabat). Jangan mengaku sabar ketika kita masih suka membeberkan rahasia, suka mencari kambing hitam karena sabar itu adalah kitman sirr (mampu menahan diri untuk tidak mengatakan apa saja yang seharusnya tidak dikatakan), muru’ah (mampu menahan diri untuk tidak melemparkan hal-hal yang tidak disukai kepada orang lain), dan syaja’ah (mampu menahan diri untuk tidak lari dan kabur dari masalah yang dihadapi). Orang sabar itu, lanjut Ibnu Qayyim Al Jauziyah, zuhud/Qana’ah (mampu menjaga diri dari berbagai kelebihan dunia dan sanggup menyepelekannya; mengambil hanya sebagian kecil dari dunia untuk mencukupi kebutuhan, dermawan (mampu menahan diri untuk tidak pelit kepada orang lain), pemaaf/pemurah (mampu menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain, dan cerdik (mampu menahan diri untuk tidak berlaku malas dan ogah-ogahan dalam waktu yang seharusnya bergerak).
Maka, apapun yang ditetapkan Allah SWT kepada kita itu pasti baik adanya. Allah SWT tidak pernah memberi soal di luar kesanggupan kita untuk menyelesaikannya dan setiap soal itu pasti ada jawabannya. Jangan pernah terbersit sedikit pun dalam hati dan pikiran untuk berputus asa dari rahmat Allah SWT karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan dan sesudah kesulitan pasti ada kemudahan yang mengikutinya. Masihkah ada lagi alasan yang membuat kita terus menerus bersedih dan takut terhadap kehidupan dunia yang singkat, penuh permainan dan senda gurau ini?
http://mashoewa.blogspot.com/2010/02/sabar-dan-syukur-cara-terbaik-mensikapi.html
http://mashoewa.blogspot.com/2010/02/sabar-dan-syukur-cara-terbhttp://mashoewa.blogspot.com/2010/02/sabar-dan-syukur-cara-terbaik-mensikapi.htmlaik-mensikapi.html
Langganan:
Postingan (Atom)